AS-China Panas Lagi, Harga Emas Bisa Lebih Tinggi?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melesat tajam pada perdagangan hari ini. Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China membuat pelaku pasar mengalihkan kembali investasinya ke aset aman atau safe haven seperti emas.Pada Senin (26/8/2019) pukul 13:33 WIB, harga emas dunia naik 1,02%. Dalam dua hari terakhir, harga si logam mulia melesat lebih dari 3,5%.
Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump 'mengumumkan' melalui Twitter bahwa Negeri Paman Sam akan mengumumkan kenaikan bea masuk dari 25% menjadi 30% bagi impor produk China senilai US$ 250 miliar. Selain itu, Trump juga akan mengeksekusi bea masuk baru bagi importasi produk-produk China senilai US$ 300 miliar dengan tarif 15%.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump. Dalam pertemuan G7, Trump menegaskan bahwa sikapnya sudah final. Bahkan dia menyesal tidak dari dulu menaikkan tarif bea masuk bagi produk-produk China. "Presiden Trump merespons dengan tegas. Beliau menyesal tidak menaikkan tarif lebih tinggi," tegas Stephanie Grisham, Juru Bicara Gedung Putih, dikutip dari Reuters.
China pun tidak terima dan melakukan serangan balasan. Beijing mengumumkan akan menaikkan bea masuk bagi produk-produk made in the USA senilai US$ 75 miliar dari 5% menjadi 10%. Produk-produk tersebut antara lain kedelai, minyak mentah, dan pesawat.
"Keputusan China untuk menaikkan tarif bea masuk didorong oleh sikap AS yang uniteralis dan proteksionis," tegas pernyataan tertulis Kementerian Perdagangan China. Kenaikan ini akan dibagi menjadi dua tahap yaitu 1 September dan 15 Desember.
Harapan pelaku pasar akan adanya damai dagang AS-China seketika lenyap. Justru yang muncul adalah pesimisme yang semakin menebal seputar perlambatan ekonomi global yang bisa berujung kepada resesi.
Perlambatan ekonomi akan membuat bank sentral berbagai negara punya alasan kuat untuk melonggarkan kebijakan moneter seperti menurunkan suku bunga acuan. Tidak terkecuali Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).
Grafik: Probabilitas Suku Bunga The Fed di bulan Desember
Sumber: CME Group |
Data dari piranti FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga acuan AS berada di 1,25-1,5% pada akhir 2019 adalah 46,6%. Artinya, The Fed kemungkinan bakal menurunkan suku bunga acuan tiga kali lagi.
Ketika Ketua Jerome 'Jay' Powell menurunkan suku bunga sampai empat kali alias 100 basis poin (bps), maka dolar AS berpotensi melemah. Pergerakan harga emas berbanding terbalik dengan dolar AS, jadi kala greenback melemah harga emas punya potensi untuk ke utara.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(pap/pap)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS-China Panas Lagi, Harga Emas Bisa Lebih Tinggi?"
Post a Comment