Search

Perang Dagang dan Isu Resesi Bikin Euro KO Lagi

Perang Dagang dan Isu Resesi Bikin Euro KO Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Dua mata uang ini sedang sama-sama tertekan, tetapi dolar AS berhasil unggul tipis.

Pada Kami (3/10/2019) pukul 15:11 WIB, euro diperdagangkan di US$ 1,0944. Melemah 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Dalam dua hari terakhir mata uang yang digunakan di 19 negara ini melemah masing-masing 0,26% dan 0,29%.


Isu resesi di AS yang sebelumnya sudah mereda kini kembali muncul mencuat setelah Institute for Supply Management melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.

Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawah 50 artinya kontraksi yakni aktivitas sektor manufaktur semakin menyusut. Kontraksi yang dialami sektor manufaktur AS di bulan September tersebut merupakan yang terdalam sejak satu dekade terakhir, tepatnya sejak Juni 2009.

Dampaknya dolar langsung jeblok dan euro berhasil menguat dua hari beruntun. Sementara pada pekan lalu Jerman yang diterpa isu resesi. Penyebabnya sama, sektor manufaktur yang berkontraksi semakin dalam.

IHS Markit melaporkan PMI sektor manufaktur Jerman pada September sebesar 41,4, turun dari bulan sebelumnya 43,5. Sektor manufaktur Jerman mengalami kontraksi sembilan bulan beruntun. Di bulan ini, kontraksi bahkan mencapai yang terdalam dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser pada kuartal II-2019 mengalami kontraksi sebesar 0,1% quarter-on-quarter (QoQ). Dengan aktivitas manufaktur yang terus memburuk, maka di kuartal III-2019 Jerman berpeluang besar kembali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi lagi.

Selain isu resesi, kini AS dan Uni Eropa tercancam terlibat perang dagang yang tentunya akan memperburuk kondisi ekonomi. Sidang panel WTO menyatakan AS menderita kerugian sampai US$ 7,5 miliar per tahun.

Keputusan WTO ini menjadi pembenaran bagi rencana AS untuk menerapkan bea masuk terhadap importasi produk-produk dari Eropa. Washington mengusulkan pengenaan bea masuk bagi importasi hingga US$ 11 miliar.

Jika dilihat dari nilai transaksi AS-Uni Eropa, ternyata lebih besar dari AS-China. Data Kantor Perwakilan Dagang AS menunjukkan impor AS dari Uni Eropa bernilai US$ 683,9 miliar pada 2018. Pada tahun yang sama, impor dari China US$ 557,9. Sementara ekspor AS ke Uni Eropa tercatat US$ 574,5 miliar dan ke China adalah US$ 179,2 miliar.


Kantor Perwakilan Dagang AS kemarin merilis daftar yang akan dikenakan bea impor mulai dari pesawat terbang sebesar 10% hingga berbagai jenis makanan dan produk tekstil senilai 25% yang mulai berlaku efektif pada 18 Oktober. Belum diketahui sejauh apa Uni Eropa akan melakukan serangan balasan, mengingat kondisi ekonomi Benua Biru sedang memburuk.

European Central Bank (ECB) sampai harus memangkas suku bunga menjadi -0,5% pada September lalu, dan mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE). Perang dagang AS-Uni Eropa tentunya akan memperburuk kondisi ekonomi, dan ECB kemungkinan akan menggelontorkan stimulus yang lebih besar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Halaman Selanjutnya >>>>




Bagikan Berita Ini

0 Response to "Perang Dagang dan Isu Resesi Bikin Euro KO Lagi"

Post a Comment

Powered by Blogger.