Sederet Fakta Kredit Bank yang Loyo, Bahayakah?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%.Selain menurunkan BI 7-DRRR, BI juga menurunkan suku bunga depocit facility sebesar 25 bps menjadi 4,25% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 5,75%.
Ini adalah kali ke empat BI menurunkan suku bunga acuannya di tahun ini. BI juga menurunkan suku bunga acuan pada September sebesar 25 bps. Kebijakan moneter yang longgar ini diambil untuk memberikan stimulus terhadap perekonomian domestik.
Menurut Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia bulan Oktober, intermediasi perbankan melambat pada Agustus 2019.
Pertumbuhan kredit melambat dari 9,58% (yoy) pada Juli 2019 menjadi 8,59% (yoy) pada Agustus 2019, terutama dipengaruhi masih terbatasnya permintaan kredit korporasi.
Melambatnya pertumbuhan kredit terutama pada kredit modal kerja (KMK) yang tumbuh 7,38% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,74% (yoy).
Kredit investasi masih tetap tumbuh tinggi 12,72% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya 13,75% (yoy).
Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi tumbuh melambat menjadi 6,93% (yoy) dari 7,29% (yoy) pada Agustus 2019.
Foto: Bank Indonesia
|
BI juga melaporkan bahwa pertumbuhan kredit melambat secara mayoritas sektoral. Kontributor utama perlambatan pertumbuhan kredit pada Agustus 2019 adalah sektor pertambangan, sektor perdagangan, dan sektor pengangkutan.
Kredit ke sektor pertambangan melambat, dari 17,6% (yoy) pada Juli 2019 menjadi 5,0% (yoy) pada Agustus 2019, sejalan dengan kinerja ekspor pertambangan yang terdampak harga komoditas yang turun.
Kinerja kredit sektor perdagangan juga tumbuh melambat, dari 7,2% (yoy) pada Juli 2019 menjadi 5,7% (yoy) pada Agustus 2019, sejalan dengan konsumsi swasta yang diprakirakan tumbuh terbatas serta melemahnya aktivitas perdagangan ekspor dan impor.
Sementara itu, kredit sektor konstruksi tumbuh 25,6% (yoy) pada Agustus 2019, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 25,4% (yoy), sejalan dengan prospek investasi terkait infrastruktur yang tetap baik.
Foto: Bank Indonesia
|
Perlambatan pertumbuhan kredit mengindikasikan bahwa ekonomi domestik sedang melambat terdampak oleh perekonomian global.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/dru)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sederet Fakta Kredit Bank yang Loyo, Bahayakah?"
Post a Comment