Kalau Tak Ada Kemesraan AS-China, Rupiah Mungkin Sudah Merah

Pada Senin (14/10/2019) pukul 08:38 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.130. Rupiah melemah 0,05% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Namun pelemahan itu tidak bertahan lama. Pada pukul 09:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.115, di mana rupiah menguat 0,06%.
Well, rupiah memang masih bisa bertahan di zona hijau. Akan tetapi posisinya masih rawan, bisa berbalik melemah kapan saja.
Kemungkinan faktor domestik menjadi penyebab volatilitas mata uang Tanah Air. Investor menantikan pengumuman data perdagangan internasional periode September yang dirilis esok hari.
Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan pada September surplus US$ 104,2 juta. Jika terjadi, maka neraca perdagangan akan membaik dibandingkan Agustus yang surplus US$ 80 juta.
Artinya, ada harapan transaksi berjalan kuartal III-2019 akan membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit transaksi berjalan untuk sepanjang 2019 sepertinya masih bisa diarahkan menuju target Bank Indonesia (BI) yaitu di kisaran 2,5-3% PDB.
Akan tetapi itu semua belum pasti, masih sebatas ekspektasi pasar. Realisasi data perdagangan harus menunggu pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS).
Penantian investor terhadap data perdagangan dan prospek transaksi berjalan membuat posisi rupiah belum aman. Sebab jika esok hari BPS mengumumkan neraca perdagangan ternyata defisit, maka prospek transaksi berjalan bakal suram. Rupiah masih sangat mungkin mengalami tekanan karena minimnya pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Halaman Selanjutnya >>>>
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kalau Tak Ada Kemesraan AS-China, Rupiah Mungkin Sudah Merah"
Post a Comment